Senin, 07 November 2011

MURATTAL NAHAWAND*

MURATTAL NAHAWAND*

Oleh: Maulana Yusuf, M.Az.**

Pendahuluan

Lagu Murottal sebenarnya terdiri dari tujuh lagu sebagaimana lagu pada mujawwad yaitu Bayyati, Shoba, Hijaz, Nahawand, Rost, Syikah, Jiharkah. Setiap lagu-lagu al Qur’an, ketika dimurotalkan pada dasarnya memiliki nada dan variasi yang dinamis, akan tetapi kita dapat membuat pola-pola dari lagu tersebut sehingga bacaan murotal kita memiliki keserasian.

Jumlah dan bentuk pola murotal tergantung daripada jenis lagunya sendiri. Untuk pertemuan kali ini pada bimbingan Murattal Al-Quran di UPTQ UPI ini, kita akan coba memakai Murattal yang kita terapkan di Surat An-Naba’. Tapi sebelumnya kita harus kenal dulu apa itu lagu Nahawand. Berikut adalah profil lagu Nahawand, sifat-sifatnya dan kegunaan-kegunaannya dalam Tilawah Al-Qur’an.

Profil Lagu Nahwand

Lagu Nahawand ini berasal dari daerah Hamdan (Persi), lagu ini telah dirubah oleh Qori-qori’ Mesir dan terkumpul dalam lagu-lagu Misri.

Sifat-sifat:

1. Mempunyai gerak ringan

2. Lemah lembut yang mengharukan

3. Sesuai dengan tingkatan suara yang sederhana

Kegunaan:

1. Melembutkan suatu bacaaan

2. Membawa rasa khusyu’ dan keinsyafan

3. Memberi penyesuaian kepada ayat yang menunjukkan ayat gembira/sedih

4. Membawa kepada sebutan huruf yang betul dan fasih

Praktek Murattal Al-Quran

Sekarang, mari fokuskan diri kita untuk melangkah ke praktek Murattal Al-Qu’an dengan menggunakan lagu Nahawand.

Lagu Nahawand terdiri dari tiga tingkatan ; nahawand ashli, nahawand jawab dan nahawand jawabul jawab.

a. Nahwand ashli memiliki tiga bentuk lagu murotal, yaitu :

Pola 1 ; nada keatas/ashli rofa’

Pola 2 : nada lurus / ashli jawab

Pola 3 : nada kebawah / ashli nuzul

b. Nahawand Jawab membentuk satu buah pola yaitu Pola Jawab 1

c. Nahawand jawabul Jawab membentuk satu buah pola , yaitu pola Jawabul jawab 1

Kemudian dari pola 1 didapat variasi baru yang bisa kita namakan pola 5 sebagai turunan dari pola 1. kita dapat pula mencari variasi-variasi baru dan kita berikan nama pola dengan urutan nomor.

Pola-pola diatas akan sangat membantu bagi yang baru belajar murotal.

Insya Allah dalam pertemuan kali ini kita akan menggunakan pola kelipatan genap, yaitu menggunakan dua pola dan empat pola.

a. Dua Pola

Perhatikan Q.S. An-naba: 1-9, kita akan menggunakan dua pola yang terus berulang dari Ta’awudz, Basmallah dan dilanjutkan sampai ayat 8, kemudian ayat 9 ditutup dengan nada rendah.

Pola 1 ; nada keatas/ashli rofa’ dan

Pola 3 : nada kebawah / ashli nuzul

Terus ulangi pola ini sampai benar benar bisa. Semangat kawand.. ^_^

b. Empat Pola

Perhatikan Q.S. An-naba: 10-18, kita akan menggunakan empat pola yang terus berulang dari ayat 10 sampai ayat 17, kemudian ayat 18 ditutup dengan nada rendah.

Untuk pola empat ini, dimulai dari nada rendah, kemudian sedang ke tinggi, tinggi ke tinggi lagi, dan tinggi ke rendah. Secara pola, dapat kita tulis sebagai berikut:

Pola 2 : nada lurus / ashli jawab

Pola 1 ; nada keatas/ashli rofa’ dan

Pola Jawab 1 : nada terus ke atas

Pola 3 : nada kebawah / ashli nuzul

Terus ulangi pola ini sampai benar benar bisa. Semangat temand.. ^_^

Bilamana sudah mahir, maka kita dapat membuat variasi-variasi baru dengan pola-pola baru. Kita pula dapat membuat komposisi lagu yang berbeda-beda. Seperti dari pola 1 langsung ke pola 3 kemudian pola 4 kemudian ke pola 1 dan berulang-ulang.

Demikianlah metode pola murottal. Ia didapat dari lagu mujawwad dengan memformulasikan lagu pada tingkat yang lebih sederhana. Mencari mana lagu yang sifatnya ashli dan serasi dengan lagu yang merupakan variasi atau turunan dari lagu asli.

Selain itu, bagi yang sudah mahir, dalam satu pembacaan kita dapat menggabungkan berbagai komposisi lagu menjadi suatu gubahan yang lengkap. Diawali dengan bayati, dilanjutkan dengan lagu-lagu lainnya, dan diakhiri dengan bayati akhir.

Membawakan murotal pada ayat yang panjang

Ketika membaca ayat-ayat yang panjang, maka yang perlu kita perhatikan adalah awal dan ujung pada bacaan yang kita bawa. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan ketika membaca ayat-ayat yang panjang, sebagai berikut :

1. Mengulang-ulang lagu dasar dengan kemudian diujung bacaan kita perhatikan bentuk polanya, apakah pola satu, dua atau pola tiga.

2. Menggabungkan dua pola atau lebih.

3. Memberikan variasi pada tengah ayat.

Sebagai contoh dapat disimak dalam Bimbingan Murattal Al-Qur’an di UPTQ UPI. Ditunggu ya Kawand semangatnya... ^_^

Selamat mencoba dan teruslah istiqamah dalam keluarga Allah!

* Penulis adalah Ketua Umum UPTQ UPI 2010-2011 dan sekarang menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Anggota (DPA) UPTQ UPI 2011-2012

** Materi disajikan dalam Bimbingan Murattal UPTQ UPI di Masjid Al-Furqon UPI pada tanggal 23 Oktober 2011

Sumber Bacaan:

------. (2005). Pedoman Tilawatil Qur’an. Kediri: Ponpes Lirboyo.

Ridwan, Asep. (2007). Belajar Murattal Cepat 120 Menit. Makalah disampaikan pada kegiatan sekolah al-Qur’an di Mesjid Salman ITB pada tanggal 22 September 2007.


Selasa, 13 Januari 2009

YA NABI SALAM 'ALAIKA


Alam bersinar-sinar bersuka ria

Menyambut kelahiran al-Musthafa Ahmad

Riang gembira meliputi penghuninya

Sambung-menyambung tiada henti

Berbahagialah wahai pengikut al-Quran

Burung-burung kemujuran kini berkicau

Bersuluhan dengan sinar keindahan

Mengungguli semua yang indah tiada banding

Kini wajiblah kita bersuka cita

Dengan keberuntungan terus-menerus tiada habisnya

Manakala kita memperoleh anugerah

Padanya terpadu kebanggaan abadi

Bagi Tuhanku segala puji

Tiada bilangan mampu mencukupinya

Atas penghormatan yang dilimpahkan-Nya bagi kita dengan lahirnya al-Musthafa al Haadi Muhammad

Yaa Rasulullah, selamat datang

Sungguh kami beruntung dengan kehadiranmu

Semoga Engkau berkenan memberi nikmat karunia-Mu,

Mengantarkan kami ke tujuan idaman

Tunjukilah kami jalan yang ia tempuh

Agar dengannya kami bahagia dan memperoleh kebaikan yang melimpah

Tuhanku, demi mulia kedudukannya di sisi-Mu

Tempatkanlah kami sebaik-baiknya di sisinya.

Semoga shalawat Allah meliputi selalu,

Rasul paling mulia, Muhammad

Dan salam terus-menerus

Silih berganti setiap saat

Jumat, 09 Januari 2009

Sebuah Kisah


Di zaman Nabi Musa Alaihissalam, terjadi masa paceklik. Manusia dan hewan kehausan, dan hampir mati, karena sedikitnya persediaan air. Mereka lelah hingga berkata, “Wahai Musa, serulah Allah, dan mintalah agar hujan diturunkan!” Nabi Musa pun mengumpulkan mereka di satu tanah lapang, lalu ia berdoa kepada Allah. Mereka pun mengamini doa beliau, tetapi hujan tak kunjung turun. Akhirnya, ia pun berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak mau menurunkan hujan, padahal kami telah berdoa dan menghinakan diri pada-Mu?”

Allah Subhaanahu Wa Taala menjawab, “Wahai Musa, di antara kalian ada seorang yang berbuat maksiat selama empat puluh tahun, ia belum bertaubat. Maka ia menghalangi terkabulnya doa kalian.” Lalu Musa bertanya, “Lalu apa yang harus kami lakukan?” Allah Subhaanahu Wa Taala menjawab, “Keluarkanlah orang yang berbuat maksiat itu! Jika orang itu keluar dari barisan kalian, hujan akan turun.” Nabi Musa Alaihisslam pun berkata, “Aku minta kalian bersumpah pada Allah. Aku bersumpah pada Allah, di antara kita ada yang bermaksiat selama empat puluh tahun, hingga hujan tidak turun-turun, maka hendaklah ia mau keluar dari barisan.”

Orang yang berbuat maksiat itu menoleh ke kanan dan ke kiri, sekiranya ada yang keluar selain dia. Tetapi tidak ada seorang pun yang keluar. Tahulah ia kalau yang dimaksud adalah dirinya. Lalu ia berkata, “Ya Tuhanku, aku telah berbuat maksiat selama empat puluh tahun, dan Engkau berkenan menutupinya. Ya Tuhanku, jika aku keluar, maka namaku akan tercemar. Dan jika aku tetap tinggal, maka hujan tidak akan turun. Ya Tuhanku, aku sekarang bertaubat pada-Mu, aku menyesal, aku kembali pada-Mu. Maka ampunilah aku dan tutupilah kejelekanku. “

Hujan pun turun, akan tetapi orang yang berbuat maksiat itu tidak keluar dari barisan. Akhirnya, Nabi Musa u bertanya, “Ya Tuhanku, hujan telah turun, dan orang itu belum keluar?” Allah Subhaanahu Wa Taala menjawab, “Ya Musa, hujan telah turun dengan taubat hamba-Ku yang telah bermaksiat selama empat puluh tahun.”
Nabi Musa bertanya lagi, “Ya Tuhanku, tunjukkan orang itu padaku agar aku bergembira dengannya.” Allah menjawab, “Wahai Musa, ia telah bermaksiat kepada-Ku selama empat puluh tahun, dan aku telah menutupinya. Lalu apakah Aku akan membukanya padamu, mencemarkan namanya, padahal ia telah kembali pada-Ku?”

Sumber: Hati Sebening Mata Air, karya Amru Khalid


Selasa, 06 Januari 2009

DARAH JUANG PALESTINA

Wahai sobat......................................................................
ingatlah dikala sahabat kita berlumuran darah
ketika malamnya dihantui bara api yang membara
dikala hatinya penuh dengan semangat jihad

usaplah airmatanya
beri senyuman